Selasa, 16 Juli 2013

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN KONSTIPASI TERHADAP NY.A UMUR 35 TAHUN P1A0 4 HARI POSTPARTUM DI BPS USMALANAH SADAM BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013



BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu lamanya. Dalam masa nifas ini, bidan mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mendeteksi komplikasi pada ibu untuk melihat perlu atau tidaknya rujukan, memberikan konseling kepada ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, memfasilitasi hubungan dan ikatan batin antara ibu dan bayinya, memulai dan mendorong pemberian ASI. (http://widyasunuh.blogspot.com/2012/09)
       Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun dibidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah: memulihkan kesehatan umum penderita, mempertahankan kesehatan psikologis, mencegah infeksi dan komplikasi, memperlancar pembentukan air susu (ASI), mengjarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
(Bahiyatun,2009:h,2-3)
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.  Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, edema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus.  
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal.  Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu nifas.  Akan tetapi proses konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar. (http://midwifecafe.blogspot.com/2012/11) 
Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan,dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan, dan nifas. (http://ratnayusfhii.blogspot.com/2012/12)
Berdasarkan data SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) AKI di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003 AKI di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 yaitu 270 per 100.00 kelahiran hidup, tahun 2005 yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target Millenium Development Goalds (MDGs) AKI di Indonesia tahun 2015 harus mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup. (http://ratnayusfhii.blogspot.com/2012/12) 
Angka kematian ibu (AKI) saat melahirkan di Lampung terus meningkat. Pada tahun 2007 sebesar 103 kasus, 145 kasus pada tahun 2008 dan 122 kasus pada tahun 2009. Jumlah itu meningkat menjadi 144 kasus di tahun 2010 dan hingga bulan Oktober 2011 sudah 138 kasus. Rata-rata penyebab kematian ibu adalah perdarahan (38%), tekanan darah tinggi saat melahirkan (23%), infeksi 4%, dan kematian karena adanya penyakit-penyakit lain, seperti jantung (35%). (Profil Dinkes Lampung, 2010)
Dari kota bandar lampung sendiri pada tahun 2010 terdapat 19 atau 13 % angka kematian ibu, persentase ini di peroleh dari seluruh jumlah angka kematian ibu di seluruh kota di provinsi lampung, dari 19 kasus tersebut terdapat 7 orang (36,84 %) akibat pendarahan,  eklamsi 7 orang (36,84 %) dan lain-lain 5 orang (26,31 %).  (Profil Dinkes Lampung, 2010)
Berdasarkan hasil study kasus di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung pada tanggal 1 juni-24 juni Tahun 2013 di peroleh hasil 15 ibu post partum, 5 primipara, 3 multipara, dan 7 grandemulti. Dan berdasarkan kunjungan masa nifas yangb dilakukan ibu post partum pada tanggal 24 juli 2013 ada 2 ibu yang mengeluh belum BAB/konstipasi pada hari ke-4 post partum.ss
Sehingga penulis tertarik untuk memberikan asuhan pada ibu nifas dengan konstipasi terhadap Ny.A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum di BPS Usmalanah Sadam Bandar Lampung Tahun 2013.

B.  RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan kebidanan ibu nifas dengan konstipasi terhadap Ny. A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung Tahun 2013?

C.  TUJUAN PENULISAN
1.    Tujuan umum
Penulis mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan konstipasi khususnya pada Ny. A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung Tahun 2013
2.    Tujuan khusus
a.    Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan konstipasi terhadap Ny. A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung Tahun 2013
b.    Diharapkan penulis dapat melakasanakan interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnose / masalah pada asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan konstipasi terhadap Ny. A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum normal di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung Tahun 2013
c.    Diharapkan penulis dapat melakasanakan identifikasi masalah potensial dan mengantisipasi penanganan pada asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan konstipasi terhadap Ny. A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung Tahun 2013
d.   Diharapkan penulis dapat mengantisipasi masalah untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan konstipasi terhadap Ny. A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung Tahun 2013
e.    Diharapkan penulis dapat menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan konstipasi terhadap Ny. A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung Tahun 2013
f.     Diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan yang efisien dan aman pada asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan konstipasi terhadap Ny. A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung Tahun 2013
g.    Diharapkan penulis dapat mengevaluasi asuhan yang diberikan pada asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan konstipasi terhadap Ny. A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung Tahun 2013

D.  RUANG LINGKUP
Dalam penulisan ini, penulis menentukan ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
1.    Sasaran Penelitian
Ny. A umur 35 tahun P1A0 4 hari post partum dengan konstipasi
2.    Tempat
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengambil kasus di BPS Usmalanah Saddam Bandar Lampung Tahun 2013
3.    Waktu
Penatalaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan  pada tanggal 24 juni – 29 juni tahun 2013.

E.  MANFAAT PENELITIAN
1.    Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi Akademik Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya khususnya pada ibu nifas hari ke 4 postpartum.
2.    Lahan Praktek
Dapat dijadikan sebagai gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen asuhan kebidanan yang diterapkan khususnya pada ibu nifas dengan masalah konstipasi atau ibu nifas 4 hari postpartum.
3.    Masyarakat/pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat seperti halnya dengan ibu post partum diharapkan ibu benar-benar mengerti tentang pentingnya diadakannya kunjungan masa nifas.

4.    Penulis
penulis diharapkan dapat memberikan asuhan masa nifas secara baik dan benar sesuai standar yang telah ditentukan dan dapat menambah keterampilan dan pengalaman dalam perawatan masa nifas.

F.   METODE PENULISAN
1.    Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis metode yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan, dan laporan. (Notoatmojo,2005:h.138)

2.    Tehnik Memperoleh Data
Untuk memperoleh data, tehnik yang digunakan sebagai berikut:
a.    Data Primer
1).  Wawancara
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan keterangan atau pendirian  secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden) (Notoatmodjo, 2005: h. 102)
Auto anamnesa : Wawancara yang langsung dilakukan kepada klien mengenai penyakitnya. (Sulistyawati,2009:h.111)
2).   Pengkajian Fisik
Adalah suatu pengkajian yang dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan atau tahap pengkajian atau pemerikasaan klinis dari system pelayanan terintegrasi, yang prinsipnya menggunakan cara-cara yang sama dengan pengkajian, yaitu inspeksi, palpasi, dan auskultasi (priharjo,2006;h.2-3)

b.  Data Sekunder
1)        Studi Pustaka
Adalah metode pengumpulan data dengan mempelajari catatan tentang pasien yang ada (Notoatmojo,2005;h.63)
2)        Studi Dokumenter
Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya laporan, statistic, catatan-catatan di dalam kartu klinik,
(Notoatmojo,2005;h.62)



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.  Tinjauan Teori Medis
I.     Nifas
I.1   Pengrtian
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42hari) setelah itu.
(Sarwono,2010 ; h, 356)
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran Plsenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu (42 hari). (Dewi dan Sunarsih. 2011 ; h. 1)
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. (Suherni, at all. 2009 ; h.1)
Masa pasca persalinan adalah fase khusus dalam kehidupanibu serta bayi.Bagi ibu yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, ibu menyadari terjadinya perubahan kehidupan yang sangat bermakna selama hidupnya.Keadaan ini di tandai dengan perubahan emosional, perubahan fisik secara dramatis, hubungan keluarga dan aturan serta penyesuaian terhadap aturan yang baru.Termasuk di dalamnya perubahan dari seorang perempuan menjadi seorang ibu di samping masa pascapersalinan mungkin menjadi masa perubahan dan penyesuaian sosial ataupun perseorangan (individual).
(Sarwono, 2010 h. 357).

I.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
a.         Mendeteksi Adanya Perdarahan Masa Nifas
Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan / mendeteksi kemungkinan adanya perdarahan post partum dan infeksi. Oleh karena itu, penolong persalinan sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama.
b.         Menjaga Kesehatan Ibu dan Bayinya  Ibu dianjurkan untukmenjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air . Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru membersihkan daerah di sekitar anus. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari / tidak menyentuh daerah luka.
c.         Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal ini seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengwasan konsistensi rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila  ditemukan permasalahan,maka harus segera melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.
d.        Memberikan pendidikan kesehatan diri
Memberikan pelayanan kesehatan tentang perwatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu postpartum harus diberikan pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu sebagai berikut.
1)   Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2)   Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup
3)   Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui).
e.       Memberikan pendidikan kesehatan mengenai laktasi dan perawatan payudara, yaitu sebagai berikut.
1)   Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2)   Menggunakan bra yang menyokong payudara
3)   Apabila puting susu lecet, oleskan kolosterum atau asi yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet
4)   Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan ASI.
f.       Konseling mengenai KB.
Bidan memberikan konseling mengenai KB, antaraa lain seperti berikut ini.
1)   Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
2)   Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. Oleh karena itu, penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah persalinan
3)   Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya, efek samping, untung ruginya, kapan metode tersebut dapat digunakan.
4)   Jika ibu dan pasangan telah memilih metode KB tertentu, dalam 2 minggu ibu dianjurkan untuk kembali. Hal ini untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
(Dewi dan Sunarsih. 2011 ; h.2-3)

I.3   Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam.Oleh karena itu peran, peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan pemantauan mencegah beberapa kematian ini. Peran bidan antara lain sebagai berikut .
a.    Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas
b.    Sebagi promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga.
c.    Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
d.   Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak, serta mampu melakukan kegiatan administrasi.
e.    Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f.     Memberikan konseling untuk ibu dan keluarga mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang aman.
g.    Melakukan manajement asuhan dengan cara mengumoulkan data, menetapkan pemulihan, serta mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
h.    Memberikan asuhan secara profesional.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.3-4)

I.4  Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerpurium dini, puerpurium intermedial, dan remote ppuerpurium.
a.         Puerpurium dini
Puerpurium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berjalan-jalan.Dalam agama Islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b.         Puerpurium intermedial
Puerpurium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

c.         Remote puerpurium
Remote puerpurium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan. (Sulistyawati 2009 ;h. 5)

I.5  Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut.
6-12 jam
3-6 hari
6 minggu
6 bulan
a.    Kehilangan darah (blood loss)
b.    Nyeri
c.    TD
d.   Tanda bahaya
a.    Breast care
b.   Suhu/infeksi
c.    Lokia
d.   Mood
a.    pemulihan
b.    anemia
c.    kontrasepi
a.    kesehatan umum
b.   kontrasepsi
c.    morbilitas lanjut
(Prawiroharjo,2010;h.364)

I.6  Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas
A. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Involusi
a.    Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot polos uterus.
b.    Proses involusi
     Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira – kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira – kira sama dengan berat uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.
     Peningkatan kadar estrogen dan progesterone bertanggung jawab untuk pertumbuhan massif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal tergantung pada hyperplasia, penigkatan jumlah sel – sel otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel – sel yang sudah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormone – hormone ini menyebabkan terjadi autolysis. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1)   Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebihan akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastis dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan.
2)   Atrofi jaringan
Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru.
3)   Efek  oksitosin (kontraksi)
Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,  mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterus akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi suplai darah keuterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi pendarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.

c.    Bagian Bekas Implantasi Plasenta
1)   Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.
2)   Pada pembuluh darah terjandi pembentukan thrombosis disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot rahim.
3)   Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu kedua sebesar 6 – 8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.
4)   Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis bersama dengan lochea.
5)   Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
6)   Luka sembuh sempurna pada 6-8 miinggu postpartum.
(Ambarwati dan Diah,2009; h.73-76)

d.   Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum.

Tabel 1. Perubahan uterus masa nifas
Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus (gr)
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000
Uri lahir
2 jari dibawah pusat
750
1 minggu
Pertengahan pusat-simfisis
500
2 minggu
Tak teraba diatas simfisis
350
6 minggu
Bertambah kecil
50-60
8 minggu
Sebesar normal
30










(Suherni, at all.2009; h.78)

2.    Lochea
Lochea adalah sekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
(Ambarwati dan diah, 2009; h.78)
Berikut Ini Adalah beberapa jenis lokia yang terdapat pada      wanita pada masa nifas yaitu :
a.    Lochea rubra/merah (cruenta)
Lokia ini muncul pada hari 1-3 masa postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini terdiri atas desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan sisa darah.
b.    Lokia sanguinolenta
Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan lender karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari postpartum.
c.    Lokia serosa
Lokia ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lokia ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan laserasi ploasenta.
d.   Lokia alba
Lokia ini muncul lebih dari ke-10 postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lender serviks, dan serabut jaringan yang mati.
e.    Lokia Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
f.     Lochiostatis, pengeluaran lokia yang tidak lancer.
(Dewi dan Sunarsih,2011; h.58-59)
3.    Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnua thrombosis, degenerasi dan nekrosis padatempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebalnya 2,5 mm, pada hari ketiga mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas tempat implantasi plasenta. (Sitti Saleha, 2009; h.57)

4.    Servik
Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. Warnanya merah kehitaman, karena berisi pembuluh darah. konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi /perlukaan kecil. karena terjadi robekan kecil selama dilatasi, dan serviks tidak pernah kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Ambarwati dan diah, 2008; h.79)

5.    Vulva danVagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses pesalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum.
(Ambarwati dan diah, 2008; h.80)

6.    Perubahan Sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Di samping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perineum, jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan.
(Suherni, at all. 2008; h.80)

7.    Perubahan Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilaan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan.
Disamping itu, kandung kemih pada puerpurium mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh karena itu distensi yang berlebihan, urine residual yang berlebihan, dan pengosongan yang tidak sempurna, harus di waspadai dengan seksama. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada dua minggu sampai delapan minggu setelah persalinan.

8.    Perubahan Sistem Muskuluskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament rotundum mengendur, sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. (Saleha,2009; h.59)


9.    Perubahan Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan pada sistem endokrin terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
a.    Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. hal tersebut membantu uterus kembali kebentuk semula.
b.    Prolaktin
Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya kelenjar ptituitari, bagian belakang untuk mengluarkan prolaktin, horrmon ini berperan dalam pembesaran payudara dan produksi ASI.
c.    Esterogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkan esterogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Dan progesteron mempengaruhi otot halus yang mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, peruneum dan vulva, serta vagina.
(Saleha, 2009; h. 60)

10.    Perubahan Tanda –Tanda Vital
a.    Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. sesudah partus dapat naik kurang dari 0,5 °C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38°C, mungkin terjadi infeksi pada klien.
b.    Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 x/menit setelah partus, dan dapat terjadi brakikardi. Bila terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
c.    Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit – penyakit lain yang menyertai dalam ½ bulan tanpa pengobatan.
(Saleha, 2009; hal. 61).
11.    Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dua kali lipat. Pada persalinan pervaginam, hemaktokrit akan naik, sedangkan pada SC, hemaktokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
(Dewi dan Sunarsih,2011; h.61)

I.7  Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
Banayak hal menambah beban hingga membuat seorang wanita merasa down. Banayak wanita merasa tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah wajar. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani. Tenggung jawab seorang ibu menjadi besar dengan lahirnya bayi yang baru lahir. Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut.
1.      Fase Taking In
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
2.      Fase Taking Hold
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi.
3.      Letting Go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.
(sitti saleha,2009;h.64)
I.8  Kebutuhan Ibu Pada Masa Nifas
a.  Nutrisi dan Cairan
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut
1.    Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2.    Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3.    Minum sedikitnya 3 liter airt setiap hari.
4.    Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasaca persalinan.
5.    Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
b.    Ambulansi
Ambulansi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
Keuntungan ambulansi dini adalah sebagai berikut:
1.    Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
2.    faal usus dan kandung kemih lebih baik.
3.    early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara  merawat anaknya selam ibu masih dirumah sakit. Misalnya memandikan, mengganti pakaian, dan member makan.
4.    menurut penelitian-penelitian yang sekasama. Early ambulation tidak mempunyai pengaruhyang buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut.

c.    Eleminasi
1)   Buang Air Kecil
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.
2)   Buang Air Besar
Ibu postpartum diharapkan buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum.Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar peroral atau per rectal. (Saleha,2009;h.73)

d.   Personal Higiene
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.
1)   Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2)   Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu untuk vulva selesai buang air kecil atau besar.
3)   Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
4)   Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5)   Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut
.
e.    Istirahat  dan Tidur
Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut.
1)   Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2)   Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3)   Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal:
a)    Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b)   Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
c)    Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya esndiri.

f.     Aktifitas Seksual
Aktifitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu masa nifas harus memenuhi syarat berikut ini.
1)   Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu-satu dua jarinya kedalam vaginanya tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2)   Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, mesalnya selama 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan. (Saleha,2009;h.73-75)

g.    Keluaraga Berencana
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Tujuan dari konsepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas, antara lain Metode Amenorhea Laktasi (MAL), pil progestin, implant, dan AKDR.

h.    Latihan/Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut.
(Dewi dan Sunarsih,2011;h.77-81)

I.9  Proses Laktasi dan Menyusui
1.    Anatomi Dan Fisiologi Payudara
1.1 Struktur  Makroskopis
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:
a)         Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Lobules, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobules yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
b)        Aerola
Sinus laktiferus, yaitu saluran dibawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat kedalam putting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c)         Papila mamae
Bentuk putting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguPwj4tKqL50tY19qRFLys2w_JlMXaWFpunpp6zLfULG8TQaOgMKkqF98oIr7opDZ9dy3RX2s5rY5eLIQLXsamh1ZzFND7by_2F3uQ1MV9hPA6gmz4zrLbTjDyPHM49fTi-_sc_7UG875G/s1600/bentuk+puting.JPG
Gambar 2.2 Bentuk putting
(Yanti dan Sundawati,2011;h.5-6)

1.2    Struktur mikroskopis
Payudara tesusun atas jaringan kelenjar, tetapi juga mengandung sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 15-20 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringa fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan-bangunan sebagai berikut:
a.)  Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringa lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Payudara terdiri atas 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri atas 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri atas 10–100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susus (sistem duktus) sehingga menyerupai suatu pohon. Asi disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil, kemudian beberapa duktus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (Duktus Laktiferus)
b.) Duktus laktiferus
Saluran sentral yang merupakan muara dari beberapa tubulus lakteferus.
c.)  Ampula
Bagian dari duktus laktiferus yang melebar merupakan tempat penyimpan air susu. Ampula terletak dibawah aerola.
d.) Tubulus
Jaringan yang meluas dari ampula sampai ke papila mammae.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.9)

1.3    Hormon Yang Terlibat Dalam Proses Pembentukan ASI
1.    Progesteron
Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Kadar progesteron dan esterogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasikan produksi ASI secara besar-besaran.
2.    Esterogen
Menstimlasikan sistem saluran ASI untuk membesar. kadar esterogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama menyusui.
3.    Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.
4.    Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam organisme. Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.
5.    Human placental lactogen
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan aerola sebelum melahirkan. Pada bulan ke lima dan bulan keenam kehamilan, payudara siap  memproduksi ASI. (Saleha, 2009; h.13)

1.4    Mekanisme menyusui
a.         Reflek mencari (rooting reflek)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan ransangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi.
b.         Reflek menghisap (sucking reflek)
Puting susu yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara dibelakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada laangit-langit keras. Tekanan bibir dan gerakan rahang yang terjadi secara berirama membuat gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus sehingga air susu akan mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang mengakibatkan air susu keluar dari putting susu.

c.         Reflek menelan (swallowing reflek)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.11-14)

1.5    Manfaat Pemberian ASI
a.    Manfaat ASI untuk ibu
1)        Aspek Kesehatan ibu
Hisapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin yang membantu involusi uteri dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
2)        Aspek Keluarga Berencana
Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan. Hormone yang mempertahankan laktasi menekan ovulasi sehingga dapat menunda kesuburan.
3)        Aspek Psikologis
Perasaan bangga dan dibutuhkan sehingga tercipta hubungan atau ikatan batin antara ibu dan bayi.

b.    Manfaat ASI untuk keluarga
1)        Aspek ekonomi
a)        Asi tidak perlu dibeli.
b)        Mudah dan praktis.
c)        Mengurangi biaya berobat.
2)        Aspek psikologis
Dengan memberikan ASI, maka kebahagiaan keluarga menjadi pertumbuhan, kelahiran jarang, kejiwaan ibu baik angtara ibu-bayi dan anggota keluarga lain.

c.    Manfaat pemberian ASI untuk bayi
1)        Nutrient (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
2)        ASI mengandung zat protektif.
3)        Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
4)        Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik.
(Yanti dan Sundawati,2011;h.16-21)

d.   ASI susu ibu menurut stadium laktasi
a.     Kolosterum
Ciran pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum, yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral dan antibody daripada ASI yang telah matang. Asi mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau hari ke-4 sesudah bayi lahir.
b.    ASI Transisi/peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selam 2 minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya.
c.     Air susu matur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatife konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremik. Foremik lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan air.
Table 2. kandungan kolostrum, ASI transisi, dan ASI matur
Kandungan
Kolostrum
ASI transisi
ASI matur
Energy (kgkal)
57,0
63,0
65,0
Laktosa (gr/100 ml)
6,5
6,7
7,0
Lemak (gr/100 ml)
2,9
3,6
3,8
Protein (gr/100 ml)
1,195
0,965
1,324
Mineral (gr/100 ml)
0,3
0,3
0,2
Immunoglubin:



IgA (gr/100 ml)
335,9

119,6
IgG (gr/100 ml)
5,9

2,9
IgM (gr/100 ml)
17,1

2,9
Lisosin (gr/100 ml)
14,2-16,4

24,3-27,5
Laktoferin
420-520

250-270
(Dewi dan Sunarsih,2011;h.19-22)

1.9    Tanda Bayi Cukup ASI
Bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mendapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut:
a.    Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalm 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.
b.    Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering, dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir.
c.    Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 x sehari.
d.   Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI.
e.    Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis.
f.     Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.
g.    Pertumbuhan berat badan bayi dan tinggi badan bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan.
h.    Perkembangan motorikm baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang usianya).
i.      Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan cukup.
j.      Bayi menyusu dengan kuat, kemudian melemah dan tertidur pulas.

1.10     ASI eksklusif
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun.
WHO dan UNICEF merekomendasikan kepada para ibu bila memungkinkan memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan menerapkan:
a.         Inisiasi menyusu dini selam 1 jam setelah kelahiran bayi.
b.         ASI eksklusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman.
c.         ASI diberikan secara on demand atau sesuai kebutuhan bayi, setiap hari setiap malam.
d.        ASI diberikan tidak menggunakan botol, cangkir maupun dot.

1.11  Masalah Dalam Pemberian ASI
Kegagalan dalam proses menyusui disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anak saja.
Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan masa pasca persalinan lanjut. Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi sehingga bayi sering menjadi “bingung putting” atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya.
a.    Kurang atau salah informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang . petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui hal-hal berikut :
1)        Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering sehingga dikatakan bayi menderita diare dan sering kali petugas kesehatan meminta untuk menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolosterum memang demikian karena kolosterum bersifat sebagai laksan (zat pencahar).
2)        ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari.
3)        Payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara, sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudar kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.
4)        Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antar lain meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.)      Fisiologi laktasi
b.)      Keuntungan pemberian ASI
c.)      Keuntungan rawat gabung
d.)     Cara menyusui yang baik dan benar
e.)      Kerugian pemberian susu formula
f.)       Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6 bulan
b.    Putting susu datar atau terbenam
Putting yang kurang menguntungkan tidak selalu menjadi seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Tindakan yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Oleh karena itu, sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir.
c.    Putting susu lecet
Putting susu lecet dapat disebabkan trauma saat menyusui. Selain itu dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam.
d.   Putting melesak (masuk ke dalam)
Jika putting susu melesak diketahui sejak masa kehamilan, hendaknya putting susu ditarik-tarik dengan menggunakan minyak kelapa setiap mandi 2-3 kali sehari. Jika putting susu melesak diketahui setelah melahirkan, dapat dibantu dengan tudung putting (nipple hoot).
e.    Payudara bengkak
Bedakan antara payudara penuh karena ASI berisi dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh terasa berat pada payudara, panas, dan keras, bila diperiksa ASI keluar dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak, payudara udem, sakit, putting kencang, kulit mengkilap walaupun tidak merah, dan bila diperiksa/diisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam.
f.     Abses payudara  (mastitis)
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak, terkadang diikuti rasa nyeri dan panas, serta suhu tubuh meningkat. Pada bagian dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu settelah persalinan yang diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
(Dewi dan Sunarsih,2011;h.37-41)

I.10 Tanda-tanda Bahaya dan Komplikasi Pada Masa Nifas
A.    Tanda-tanda bahaya pada masa nifas
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan. Oleh karena itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan informasi dan bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas yang harus diperhatikan.
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas ini adalah:
1.        Demam tinggi hingga melebihi 38oC
2.        Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.
3.        Nyeri perut hebat/rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung, serta iri ulu hati
4.        Sakit kepala parah/terus menrus dan pandangan nanar/masalah penglihata
5.        Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan
6.        Rasa sakit, merah, atau bengkak di bagian betis atau kakin
7.        Putting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui
8.        Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan merasa sangat letih atau nafas terengah-engah
9.        kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
10.    tidak bisa buang air besar selam tiga hari atau rasa sakit waktu buang air kecil
11.    merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri sendiri.
(Maryunani,2009:h.139-140)

B.  Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada Masa Nifas
1.   Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan terjadinya perdarahan pascapersalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin. Hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca persalin harus dipantau dengan ketat untuk kemungkinan perdarah fase persalinan.
2.   Infeksi Masa Nifas
Beberapa bekteri dapat menybabkan infeksi pasca persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab kematian ibu (AKI). Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinari  payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi.
3.   Sakit Kepala, Nyeri Epigastrum, dan Penglihatan Kabur
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur. Penanganan terhadap gangguan ini meliputi:
a.         Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan perdarahan.
b.         Jika ibu tidak bernafas, periksa dan lakukan ventilasi dengan masker dan balon.
c.         Jika pasien tidak sadar/koma, bebaskan jalan nafas,beringkan miring ukur suhu, periksa apakah tengkuk.
4.   Pembengkakan wajah atau ektermitas
Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa kemerahan pada betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau kaki mengalami edema (perhatikan adanya edema putting, jika ada)
5.   Nyeri berkemih
Pada masa nifas dini, sensitifitas  kandung kemih terhadap tegangan air kemih didalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia epidural atau spinal.
6.   Payudara bengkak
Payudara bengkak yang  tidak disusui  secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas terasa sakit, dan akhirnya terjadi mastitis. Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
7.   Kehilangan nafsu makan
Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan mungkin juga lemas dan karena kehabisan tenaga. Hendaknya ibu lekas diberi minuman hangat, susu, atau teh yang bergula. Apabila ibu menghandaki makanan, berikan makanan yang sifatnya ringan.
8.   Thrombus Vena
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus pada vena-vena yang terdapat di pelvis yang mengalami dilatasi.
9.   Perasaan sedih ibu nifas
Faktor penyebab keadaan ini meliputi:
a.    Kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami oleh kebanyakan wanita.
b.    Rasa nyeri pada awal masa nifas.
c.    Kelahiran akibat kurang tidur selama persalinan.
d.   Kecemasan tentang kemampuannya untuk merawat bayi setelah meninggalkan rumah sakit.
e.    Ketakutan untuk tidak menarik lagi
(bahiyatun,2009:h.115-119)
  
II.   KONSTIPASI
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.  Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya di perineum akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid. Kebiasaan buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus.  
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal.  Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu nifas.  Akan tetapi proses konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar. (http://midwifecafe.blogspot.com/2012/11)

1.    Asuhan yang dapat dilakukan, antara lain:
a.       Meningkatan jumlah cairan yang diminum
b.      Meningkatkan jumlah makanan yang berserat
c.       Mengonsumsi buah-buahan
d.      Biasakan defekasi tepat waktu
e.       Defekasi pada saat pertama kali ada dorongan
f.       Beri laktasif untuk melunakan  feses bila konstipasi parah
(Bahiyatun,2009:h.125)

Pada seseorang yang mengalami konstipasi, sebagai akibat dari absorpsi cairan yang terus berlangsung, maka tinja akan menjadi lebih padat dan mengeras. Tinja yang keras dan padat menyebabkan makin susahnya defekasi sehingga akan menimbulkan hemorhoid.

2.    Ciri-ciri penderita konstipasi
a.    Merasa defekasinya menjadi sulit dan nyeri. 
b.    Tinja Keras, panas, berwarna lebih gelap, jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya.
c.    Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja.
d.   Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
e.    Perut kembung, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja. 
f.     Nyeri pinggang bagian bawah. 
g.    Warna tinja kehitam-hitaman. 
h.    Mulut terasa pahit dan Lidah kering. 
(http://www.sarjanaku.com/2012/12)
B.       Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Dokumentasi sebagai bukti pencatatan dan pelaporan brdasarkan komunikasi tertulis yang akurat dan lengkap yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan khususnya pada ibu postpartum dan berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan, dan kalangan bidan sendiri. Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran.
(Dewi dan Sunarsih,2011;h.121)
              I.     Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
A.  Data Subyektif
1.    Biodata yang mencakup identitas pasien.
a.    Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b.    Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c.    Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
d.   Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui  sejauh mana tingakat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya.
e.    Suku/ Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
f.     Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
g.    Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
(Ambarwati dan Diah,2009;h.131-132)

2.    Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
(Ambarwati dan Diah,2009;h.132)
3.    Riwayat kesehatan
a.    Riwayat kesehatan yang lalu.
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa hamil ini.
b.    Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
c.    Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gagguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
(Ambarwati dan Diah, 2009;h.133)
4.    Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
5.    Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
6.    Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan.
7.    Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
(Ambarwati dan Diah, 2009;h.134)
8.    Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas. (Ambarwati dan Diah, 2009;h.136)
9.    Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.    Nutrisi
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu. Kebutuhan kalori ibu rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi perlu memenuhi syarat, seperti : susunannya harus seimbang, porsinya cukup, dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan pengawet, dan pewarna.
1)   Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak atau mati.
2)   Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme didalam tubuh.
( Dewi dan sunarsih, 2011; h. 71-72)
b.    Eliminasi
Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum. apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka ibu hendaknya dilakukan kateterisasi. Untuk pola buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau perektal. (saleha, 2009;h.73)
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah,
(ambarwati dan diah,2009;h.136)
c.    Istirahat
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan.Akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merasa anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.
(Dewi dan sunarsih, 2009;h.76)
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang di butuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari (Damayanti, 2009;h.84)
d.   Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
(Saleha, 2009;h.73)

e.    Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Ambarwati dan Diah, 2009;h.137)
f.     Hubungan Seksual
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu.Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
(Dewi dan tri sunarsih, 2011; h. 77)

B.  Data Objektif
Yang termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data objektif ini adalah :
1)   Vital sign
a.    Temperatur / suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal.Kenaikan suhu yang mencapai >38°C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi.
b.    Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas 100x/menit pada masa nifas adalah mengidentifikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/menit.
(Ambarwati dan Diah,2009;h138)
c.    Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum.
(Dewi dan sunarsih, 2011; h. 60)
2)   Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a.    Kepala           : Rambut, Warna, Kebersihan, Mudah rontok atau tidak.
b.    Telingga        : Kebersihan, Gaguan pendengaran.
c.    Mata             : Konjungtiva, Sklera, Kebersihan, Kelainan,
                        Gaguan pengelihatan.
d.   Hidung          : Kebersihan, Polip, Alergi.
e.    Mulut                        : Bibir,warna, Lidah, kebersihan, Gigi,kebersihan
                        karies.
f.     Leher             : Pembesaran kelenjar limfe,Parotitis.
g.    Dada/Payudara
menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopouse. pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dan plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.
(Ambarwati, 2009;h.7)
h.    Perut
Uterus normal :
a)    Kokoh, berkontraksi baik
b)   Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera
Abnormal :
a)    Lembek
b)   Di atas ketinggian fundal saat masa postpartum segera
c)    Kandung kemih : biasa buang air/tak bisa buang air

Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus
Involusi uterus        
Bayi lahir                   : setinggi pusat
Uri lahir                     : 2 jari dibawah pusat
Minggu                      : pertengahan pusat-simfisis
Dua minggu              : tak teraba diatas simfisi
Enam minggu            : bertambah kecil
Delapan minggu        : sebesar normal
(Dewi dan Sunarsih, 2011;h.55-57)
i.      Keadaan genetalia
1)   Lochea :
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
(Ambarwati, 2009; h. 78)
2)   Keadaan perineum           : oedema, hematoma, bekas luka episiotomy/robekan, hecting
j.      Keadaan anus                        : hemorroid
k.    Ektremitas                 Atas     : Ganguan, Bentuk.
                         Bawah : Bentuk, Odema, Varices.
(Sulistyawati,2009.h121-122)

           II.     Interprestasi data
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterprestasikan menjadi diagnose kebidanan dan masalah.
1.    Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para,  Abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
a.    Data subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya
b.    Data objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

2.    Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
a.    Data subjektif
Data yang didapat dari anamnesa pasien
b.    Data objektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan

        III.     Masalah Potensial
Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di identifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
(Ambarwati dan Diah,2009;h.141-142)

        IV.     Antisipasi Masalah
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.

           V.     Perencanaan asuhan secara menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. (Ambarwati dan Diah, 2009:143)
Asuhan kebidana yang diberikan pada ibu 2-6 hari post partum adalah:
1.    Bagai mana perasaan ibu, termasuk mood (suasana hati) dan perasaan menjadi orang tua
2.    Keluhan atau masalah yang dirasakan saat ini
3.    Apakah ada kesulitan dalam buang air kecil atau buang air besar
4.    Perasaan ibu tentang persalinan dan kelahiran bayinya
5.    Member penjelasan tentang kelahiran: komplikasi, laserasi, episiotomy.
6.    Suplemen zat besi: adakah ibu memakan tablet
7.    Pemberian ASI: apakah berhasil, atau ada kesulitan
(Maryunanik,2009;h.126)
        VI.     Pelaksanaan perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyelurug dilakukan secara efesien dan aman.
Mengobservasi meliputi :
1.         Keadaan umum
2.         Kesadaran
3.         Tanda-tanda vital dengan mengukur (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi)
4.         Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
5.         Menganjurkan ibu untuk segera berkemih karena apabila kandung kencing penuh akan menghambat proses involusi uterus
6.         Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi dini untuk memperlancar pengeluaran lokhea, memperlancar peredaran darah
(Ambarwati dan Diah,2009;h.145)
a.       Kebersihan diri
1)   Menjaga kebersihan seluruh tubuh terutama daerah genetalia.
2)   Mengganti pembalut minimal dua kali sehari atau setiap kali selesai BAK.
b.      Istirahat
1)      Memberi saran pada ibu untuk cukup tidur siang agar tidak terlalu lelah
2)      Memberi pengertian pada ibu, apabila kurang istirahat dapat menyebabkan produksi ASI berkurang, proses involusi berjalan lambat sehingga dapat menyebabkan perdarahan
3)      Mengajarkan pada ibu untuk kembali mengerjakan pekerjaan sehari-hari                                                                                 
c.       Gizi
1)      Mengkonsumsi makanan yang bergizi, bermutu dan cukup kalori, sebaiknya ibu makan-makanan yang mengandung protein, vitamin, dan mineral.Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui.
2)      Minum sedikitnya 3 liter air sehari atau segelas setiap habis menyusui
3)      Minum tablet Fe / zat besi selama 40 hari pasca persalinan
4)      Minum vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
d.      Perawatan payudara
1)      Menjaga kenersihan payudara
2)      Memberi  ASI ekslusif sampai bayi umur 6 bulan
e.       Hubungan seksual
Memberi pengertian hubungan seksual kapan boleh dilakukan
f.       Keluarga berencana
Menganjurkan pada ibu untuk segera mengikuti KB setelah masa    nifas terlewati sesuai dengan keinginannya.
     VII.          Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana.
( Ambarwati dan Diah, 2009;h.145-146)

C.  Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1.         Kewenangan normal:
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi:
a.    Pelayanan Kesehatan Ibu
1)   Ruang lingkup:
a)    Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b)   Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c)    Pelayanan persalinan normal
d)   Pelayanan ibu nifas normal
e)    Pelayanan ibu menyusui
f)    Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2)   Kewenangan:
a)    Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
b)   Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
c)    Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
d)   Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas Fasilitasi /bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
e)    Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
f)    Penyuluhan dan konseling
g)   Bimbingan pada kelompok ibu hamil
h)   Pemberian surat keterangan kematian
i)     Pemberian surat keterangan cuti bersalin

b.    Pelayanan Kesehatan Anak
1)   Ruang lingkup:
a)    Pelayanan bayi baru lahir
b)   Pelayanan bayi
c)    Pelayanan anak balita
d)   Pelayanan anak pra sekolah

2)   Kewenangan
a)    Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1,
b)   perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
c)    Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
d)   Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
e)    Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
f)    Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
g)   Pemberian konseling dan penyuluhan
h)   Pemberian surat keterangan kelahiran
i)     Pemberian surat keterangan kematian

c.    Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan:
1)   Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2)   Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan   yang menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi:
1)   Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
2)   Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter)
3)   Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
4)   Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan
5)   Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah
6)   Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
7)   Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya
8)   Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
9)   Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171 Diambil pada tanggal 15 Juni 2012, pukul 10.25 WIB



BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFASDENGAN KONSTIPASI TERHADAP  NY.A UMUR 35 TAHUN P1A0 4 HARI POSTPARTUM DI BPS USMALANAH SADAMBANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013

Anamnesaoleh                 : YelsaYunia Vega
Tanggal                            :24juni2013
Pukul                               : 09.00 WIB

I.PENGKAJIAN
A.  Data Subjektif
1.    Identitas
                                 Istri                           Suami
Nama                 : Ny. A     : Tn. T
Umur                 : 35 tahun : 40tahun
Agama               : Islam                                : Islam
Suku / bangsa    : Pelembang/ Indonesia:Jawa / Indonesia
Pendidikan        : SMA      : SMA
Pekerjaan           : IRT                                  : Buruh
Alamat              : Jl.Kenanga 3 no. 036       : Jl. Kenanga 3 no. 036
LabuhanDalam                  LabuhanDalam

2.    Keluhanutama : ibumengatakansusah BAB, perutterasa
Penuh,kembung,dannyeri.
  
3.    Riwayatkesehatan
1)      Riwayatkesehatansekarang
Hipertensi                                      : tidakada
DM                                                : tidakada
Jantung                                          : tidakada
Asma                                             : tidakada
TBC                                               : tidakada
2)        Riwayatkesehatandahulu
Hipertensi                                      : tidakada
DM                                                : tidakada
Jantung                                          : tidakada
Asma                                             : tidakada
TBC                                               : tidakada
3)        Riwayatkesehatankeluarga
Hipertensi                                      : tidakada
DM                                                : tidakada
Jantung                                          : tidakada
Asma                                             : tidakada
TBC                                               : tidakada

4.    Riwayatperkawinan
Status pernikahan                                 : sah, 1 kali
Usianikah                                              : 34tahun
Lamanyapernikahan                             : kuranglebih 1 tahun

5.    Riwayat obstetric
a)    Riwayathaid
Menarche                                         : 11tahun
Siklus                                               : 30hari
Lama                                                : 7 hari
Banyaknya                                       : 3 – 4 kali gantipembalut / hari
Sifat                                                 : encer, sedikitgumpalan
Disminorea                                       : tidakada

b)   Riwayatkehamilan , persalinandannifas yang lalu
No
Tahunpersalinan
Tempatpersalinan
Umurkehamilan
Jenispersalinan
Penolong
Penyulit
Keadaan
Ket
Nifas
Anak
1
20-06-2013
BPS
40 mnggu
Spontan
Bidan
Tidakada
Baik
Baik


c)    Riwayatpersalinansekarang
HPHT                                              : 13 september 2012
TP                                                    : 20 juni 2013
Jenispersalinan                                 : spontan
Tahun                                               : 20 juni 2013
Jam                                                   : 04.12 WIB
JK                                                    : laki-laki
PB                                                    : 49 cm
BB                                                   : 3200 gram
Keadaanbayi                                    : sehat, tanpacacat

d)   Riwayat KB           :Belumpernahmenggunakanalatkontrasepsi                                        apapun

6.    Polapemenuhankebutuhansehari – hari
1)   Polanutrisi
Saathamil                    : Ibumengatakanmakan 3 x / haridengannasi,
lauk, sayur – sayuran, dansusudanminum air
putihkuranglebih 8 gelasperharikadangkala
                                                      jugamengkomsumsibuah.


Saatnifas                     : Ibumengatakanmakan 3 x / haridengan 1 porsi
nasi,Lauk,sepertitempe, tahu, telor, danibumengatakanjarangsekalimengkomsumsisayuran,danbuah-buahan, minum air putihjikahausatau 5 gelas/ hari.

b.    Polaeliminasi
Saathamil
BAK                        :Ibumengatakan BAK sebanyak 5–6 kali
perhariwarnakuningjernih, danberbaukhas
BAB                         :Ibumengatakan BAB 1x/2 hari
Saatnifas
BAK                        : IbumengatakanBAKsebanyak4-5 kali perhari
warnakuningjernihdanberbaukhasselamamasanifas.
BAB                         : Ibumengatakanbelum BABselama4 harimasa
Nifas.

c.    Polaaktivitas
Saathamil                    :Ibumengatakanberaktivitasdenganbaik
sebagaiiburumahtangga
Saatnifas                     : Ibumengatakanbelumberaktivitaskarena
kondisinyabelumpulih, ibuhanyaduduk, berdiri, danberjalankekamarmandidenganbantuansuamisertaibumengatakanmasihtakutuntukberjalan
d.   Polaistirahat
Saathamil                    : Ibumengatakantidurmalamkuranglebih 7 – 8
jamseharidansiangkuranglebih 1 – 2 jam / hari
Saatnifas                     : Ibumengatakantidurmalamkuranglebih 7 – 8
jamseharidansiangkuranglebih 1 – 2 jam / hari
e.    Pola personal hygine
Saathamil                    : Ibumengatakanmandi 2 x sehari, sertagosok
gigi, menggantipakaiansetiaphabismandiataujikapakaianbasah/kotormembasuhkemaluanyadengan air bersihdaridepankebelakangsertamengeringkanyadengan lap bersih/tisusetiaphabis BAK, mengganticelanadalamjikabasah/lembab.
Saatnifas                     :ibumengatakanmandi 2x/hari, gantipembalut
3x/hari, menggantipakaiandalam minimal 2x/hari, danmembasuhkemaluannyadaridepankebelakangsetiaphabis BAK dan BAB.
f.     Polaseksual
Saathamil                    : ibumengatakanselamahamildalam 1 bulan
hanya 3 kali melakukanhubunganseksual.
Saatnifas                     : Ibumengatakanbelummelakukanhubungan
seksualselamamasanifas.

1.    Psikososial
Tanggapanibuterhadapdirinya                          : senang
Tingkat pengetahuanibuterhadapkondisinya   : ibusudahmengertitentang
nifas
Tanggapankeluargaterhadapkelahiranbayi       : keluargasenangdengan
kelahiranbayi
Pengambilkeputusan                                        : suami


B.       Data Objektif
1.      Pemeriksaanumum
Keadaanumum                         : baik
Kesadaran                                 : compos mentis
Keadaanemosional                   : stabil
TTVTD                                     : 120 / 80 mmHg
N                                               : 80 x/menit
     RR                                       : 24 x/menit
   T                                            : 36,50C
  1. Pemeriksaanfisik
a)    Kepala
1)   Wajah
Pucat                               : tidakpucat
Oedema                           : tidakoedema
2)      Mata
Simetris                           : ya, kanandankiri
Kelopakmata                   : tidakoedema
Konjungtiva                    : merahmuda
Sklera                              : putih
3)      Hidung
Simetris                           : ya, kanandankiri
Polip                                : tidakadapembesaran
Kebersihan                      : bersih, tidakadasekrel
4)      Mulut
Bibir                                : tidakpecah – pecah
Lidah                               : bersih
Gusi                                 : tidakadapendarahan
Gigi                                 : tidakada caries
5)      Telinga
Simetris                                       : ya, kanandankiri
Gangguanpendengaran               : tidakada
6)      Leher
Tumor                                          : tidakada
Pembesarankel. Thyroid              : tidakada
Pembesaranvedugurabis              : tidakada
7)      Ketiak, pembesarankel. Limfe   : tidakada
8)      Dada
Retraksi                                       : tidakada
Bunyimengidanronchi                 : tidakada
Payudara
Simetris                                       : ya, kanandankiri
Pembesaran                                 : ada
Putting susu                                : bersihdanmenonjol
Aerolamamae                              : terdapathipermpigmentasi
Benjolan                                      : tidakada
Pengeluaran                                 : ASI
9)      Punggungdanpinggang
Simetris                                       : ya, kanandankiri
Nyeriketuk                                  : tidakada
10)  Abdomen
Benjolan                                      : tidakada
Konsistensi                                  : keras
Kantungkemih                            : kosong
Uterus TFU                                 : 4jaridibawahpusat
Kontraksi                                    : baik
11)  Anogemtal
Kelenjarbartholini                       : tidakadapembesaran
Pengeluaran vagina                     : locheasanguenolenta
Warna                                          : merahkecoklatan
Perineum                                     : adalukajahitan, rupture derajat 2
Anus                                            : tidakadahemoroid
12)  Ekstrimhas
Atas
Oedema                                       : tidakoedema
Kemerahan                                  : tidakada
Bawah
Oedema                                       : tidakoedema
Kemerahan                                  : tidakada
Varices                                        : tidakada
Reflekspatela                              : (+) kanandankiri

  1. Pemeriksaanpenunjang            : tidak di lakukan
Riwayatpersalinansekarang
a.       Ibu
Tempatmelahirkan                    : BPSUsmalanahSadam
Penolong                                   : bidan
Jenispersalinan                          : spontan
Lama persalinan                        : 12 jam 15menit
Catatanwaktu
Kala I                                        : 9 jam 30 menit
Kala II                                      : 0 jam30menit
Kala III                                     : 0 jam 15 menit
Kala IV                                     : 2 jam
Lamanya                                   : 12 jam 15 menit
Ketubanpecahpukul                  : 03.00 WIB
Plasenta
Lahirsecara                               : spontan
Ukuran                                      : 20 cm
Berat                                         : Tidakdilakukanpemeriksaan
Panjangtalipusar                       : ± 40 cm
Perineum                                   : adalukajahitan
b.      Bayi
Lahirtanggal / pukul                 : 20juni 2013/ 04.12wib
Nilaiapgar                                 : 8/10
Jeniskelamin                             : Laki- laki
Cacatbawaan                            : tidakada
Masagestasi                              : 40 minggu




BAB IV
                                                    PEMBAHASAN                                                   

I.     Pengkajian/Pengumpulan Data Dasar
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
(Ambarwati dan Diah,2009;h.131)
Pada pengkajian yang dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan pasien pada Ny.A usia 35 tahun P1A0 dengan didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
A.  Data Subjektif
1.    Nama
a.    Tinjauan teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
(Ambarwati, 2009;h.131)
b.    Tinjauan kasus
Dalam study kasus ini nama ibu berinisial Ny. A
c.    Pembahasan
Dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus karena Ny. A memiliki nama jelas yang dapat membedakan dengan klien yang lain sehingga terhindar dari kekeliruan dalam memberikan penanganan.
2.    Umur
a.    Tinjauan teori
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas
(Ambarwati, 2009;h.131)
b.    kasus
Tinjauan Dalam kasus ini Ny. A berusia 35 tahun
c.    Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan karena pada kasus ini Ny. A berumur35 tahun, dan berdasarkan teori yang ada Ny.A termasuk dalam katagori umur yang ideal untuk melahirkan, sehingga seharusnya memperkecil terjadinya komplikasi pada masa nifas.
3.    Agama
a.    Menurut tinjauan teori
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa
(Eny,2009: h. 132).
b.    Menurut tinjauan kasus
Dalam kasus ini, agama ibu adalah islam.

c.    Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus  tidak terdapat kesenjangan karena pada kasus Ny. A  beragama islam dan berdasarkan teori yang ada Ny. A  juga diarahkan untuk selalu berdoa.
4.    Suku
a.    Tinjauan teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ambarwati,2009;h.132)
b.    Tinjauan kasus
Ny. A bersuku bangsa palembang.
c.    Pembahasan
Dalam kasus ini tidak terdapat kesenjangan karena Ny.A tidak memiliki kebiasaan adat istiadat yang berpengaruh terhadap masa nifasnya seperti tidak boleh mengkonsumsi makan-makanan yang berbau amis (ikan, udang, telor, dll).
5.    Pendidikan
a.    Tinjauan teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui  sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya.
(Ambarwati, 2009;h.132)
b.    Tinjauan kasus
Dalam kasus ini pendidikan terakhir Ny.A adalah SMA
c.    Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny. A pendidikan terakhir adalah SMAyang termasuk dalam kategoridapat memahami penjelasan yang diberikan namun pengetahuan ibu seputar asuhan masa nifas masih kurang.
6.    Pekerjaan
a.    Tinjauan teori
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.(Ambarwati,2009;h.132)
b.    Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny. A berkerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan suaminya berkerja sebagai Buruh
c.    Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan karena Ny. A bekerja sebagai IRT dan pekerjaan suami adalah Buruhdalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti nutrisi ibu tidak memilki masalah, serta aktivitas sosial ibu juga tidak terjadi masalah.
7.    Alamat
a.    Tinjauan teori
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan serta melihat lingkungan tempat tinggal pasien,pengertian sehat ditandai dengan sifat bersih, nyaman, tidak membahayakan serta membuat manusia menjadi sehat.  lingkungan yang sehat mencakup kebutuhan dasar seperti tanah, air, udara, mencakup sarana prasarana sekitar kehidupan sehari-hari.(Eny,2009: h.132 ).
b.    Tinjauan kasus
Alamat rumah Ny. A adalah Jl. Kenanga 3 no.036 Rt.02 Labuhan Dalam
c.    Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny.Amemiliki alamat rumah yang lengkap untuk mempermudah dalam melakukan kunjungan rumah bila diperlukan.
8.    Keluhan
a.    Tinjauan teori
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum, Rasa nyeri yang dialaminya merupakan hal yang fisiologis karena bekas robekan jalan lahir saatpersalinan merupakan luka baru dan dalam proses penyembuhan.
( Ary, 2009: h.158 ).
b.    Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Ny.A mengatakan keluhannya  ibu mengatakan susah BAB, perut terasa kembung, penuh dan nyeri.
c.    Pembahasan
Dalam kasus ini Ny.A postpartum 4hari dan ibu mengatakan susah BAB. Menurut teori hal ini disebabkan karena motilitas ususnya berkurang selama persalinan, dapat juga karena rasa takut sakit dan merusak/merobek jahitan, dan ibu post partum diharapkan sudah dapat BAB setelah hari ke2, sehingga terjadi kesenjangan.
9.    Riwayat kesehatan
a.    Tinjauan teori
1)        Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
2)        Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
3)        Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya(Ambarwati,2009: h.133 ).
b.    Tinjauan kasus
Pada kasus ini, Ny. A tidak memiliki riwayat penyakit baik itu pada masa lalu, sekarang ataupun keluarga.
c.    Pembahasan
Jadi tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, karena Ny.A tidak memiliki riwayat penyakit-penyakit yang berpengaruh terhadap masa nifas sehingga memperkecil terjadinya infeksi pada masa nifas.
10.  Riwayat Obstetrik
a.    Menurut tinjauan teori
1)   Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
2)   Riwayat Persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang biasa berpangaruh pada masa nifas saat ini(Eny,2009: h. 133).
 
b.    Menurut tinjauan kasus
Pada kasus ini riwayat persalinan dan nifasNy.A  melahirkan pada tanggal 20-06-2013, jenis persalinan spontan, PB 49 cm, BB 3200 gram,  penolong persalinan oleh bidan dan terdapat masalah karena Ny. A mengalami ruptur perineum.
c.    Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasustidak  terdapat kesenjangan dimanaNy.A melahirkan pada tanggal 20-06-2013, jenis persalinan spontan, PB 49 cm, BB 3200 gram,  penolong persalinan bidan, saat ini Ny. A mengalami ruptur perineum mungkin disebabkan oleh ketidak patuhan ibu dalam proses mengejan.
11.     Riwayat KB
a.    Tinjauan teori
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.(Ambarwati, 2009;h.134)
b.    Tinjauan kasus
Ibu mengatakan sebelumnya belum pernah ikut KB
c.    Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasustidak  terdapat kesenjangan karena ini merupakan kelahiran anak pertama sehinggaNy.A belum  pernah menggunakan alat kontrasepsi.
12.     Pola kebutuhan sehari-hari
a.    Nutrisi
1)   Tinjauan teori
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.
a)   Kebutuhan kalori ibu rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi perlu memenuhi syarat, seperti : susunannya harus seimbang, porsinya cukup, dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan pengawet, dan pewarna.
b)   Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak atau mati.
c)   Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme didalam tubuh.
(Vivian Nanny dan Sunarsih, 2011;h.71)
2)   Tinjauan kasus
Ibu mengatakan makan 3 x / hari dengan 1 porsinasi, Lauk,seperti tempe, tahu, telor, dan ibu mengatakan jarang sekali mengkomsumsi sayuran, dan buah-buahan minum air putih jika haus atau 5 gelas/ hari.
3)   Pembahasan
Dalam hal inidi temukan kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny. A telah makan dengan porsi yang cukup dan namun kurang mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahansehingga mempengaruhi pola eleminasi.
b.    Pola eliminasi
a)    Tinjauan teori
Ibu diminta untuk buang air kecil minimal 6 jam post partum, apabila setelah 8 jam post partum ibu belum dapat berkemih maka ibu hendaknya dilakukan kateterisasi.Untuk pola buang air besar, setelah 2 hari ibu diharapkan sudah dapat buang air besar, jika pada hari ke 3 ibu belum dapat buang air besar maka ibu diberi obat peroral atau perektal.
(Siti saleha, 2009,h;73)
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah,
(ambarwati dan diah,2009;h.136)
b)   Tinjauan kasus
Ibu mengatakan saat ini BAK 5-6 kali/hari, dengan warna kekuning jernih dan belum dapat BAB selama 4 hari post partum.
c)    Pembahasan
Dalam kasus initerdapat kesenjanagan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus,karna ibu mengatakan bahwa belum dapat BAB sampai hari ini.
c.    Pola istirahat
a)    Tinjauan teori
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Akan terasa lebih lelah bila partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merasa anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. (Nanny dan Sunarsih, 2011;h.76)
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari
(Damayanti, 2009;h.84)
b)   Tinjauan kasus
Ny.A mengatakan tidur malam kurang lebih 7 – 8jam sehari dan siang kurang lebih 1 – 2 jam / hari.
c)    Pembahasan
Dari pembahasan tersebut, tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena berdasarkan tinjauan teori ibu nifas istirahat sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang harinya,
d.   Personal hygiene
a)    Tinjauan teori
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. (Saleha, 2009;h.73)
b)   Tinjauan kasus
Ibu mengatakan tetap menjaga kebersihan dirinya denganmandi2 kali sehari, Ganti celana dalam 2-3 kali sehari atau tiap basah dan lembab. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada ibu
c)    Pembahasan
Dari pembahasan di atas tidak di temukan kesenjangan antara teori dan kasus,tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada ibu karena ibu telah menjaga kebersihan dirinya.
e.    Pola aktivitas
a)      Tinjauan teori
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari.Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Ambarwati dan Diah, 2009;h.137)
b)      Tinjauan kasus
Ibu mengatakan belum  beraktivitas karenakondisinya belum pulih, ibu hanya duduk, berdiri, dan berjalan kekamar mandi dengan bantuan suami serta ibu mengatakan masih takut untuk berjalan
c)      Pembahasan
Dari pembahasan diatas terdapat kesenjangan terhadap tinjauan teori dan kasus, karena ibu sudah postpartum hari ke 4 ibu sudah seharusnya dapat beraktivitas dengan baik.
f.     Pola seksual
a)    Tinjauan teori
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
(Nanny dan Sunarsih, 2011;h.77)
b)   Tinjauan kasus
ibu mengatakan saat ini belum melakukan hubungan seksual
c)    Pembahasan
Ny. S Postpartum 4 hari dan dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan antara teoridan kasus.
g.    Riwayat psikososial
a)    Tinjauan teori
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.(Damayanti, 2009;h.130)
b)   Tinjauan kasus
Status emosional ibu stabil, Ibu dapat diajak berbicara, dan Respon ibu dan keluarga terhadap bayinya baik.
c)    Pembahasan
Dalam pembahasan ini tidak di temukan kesenjangan antara teori dan kasus. Karena status emosional ibu stabil, Ibu dapat diajak berbicara, dan Respon ibu dan keluarga terhadap bayinya baik


B.  Data Objektif
a)    Tanda-tanda Vital
1)   Tinjauan teori
a.    Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum. (Nanny dan Sunarsih, 2011; h. 60)
b.    Nadi
Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas 100x/menit pada masa nifas adalah mengidentifikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/menit.(Ambarwati, 2009;h.138)
c.    Suhu badan
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >38°C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi.(dewi , 2011;h.60)
2)   Tinjauan kasus
Berdasarkan tijauan kasus, hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil :
TD            : 120/80mmHg            Nadi    :80 x/menit
RR            : 24 x/menit                 Suhu    : 36,5   0c
3)   Pembahasan
Berdasarkan data diatas, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Tekanan darah ibu normal 110/80 mmHg, Suhu ibu normal 36,5C karena suhu ibu tidak mencapai >38°C yang mengarah ketanda-tanda infeksi, pernapasan dan nadi ibu juga dalam batas normal.
b)   Pemeriksaan fisik
1)   Kepala sampai dengan ketiak
a.    Tinjaun teori
1.   Kepala        
Rambut, Warna, Kebersihan, Mudah rontok atau tidak.
2.   Mata                       
Konjungtiva, Sklera, Kebersihan, Kelainan, Gaguan pengelihatan.(Sulistyawati,2009.h121-122)
b.    Tinjauan Kasus
Pada Ny.A hasil pemeriksaan fisik pada kepala yaitu rambut tidak rontok, warna hitam, tidak ada ketombe, dan pada mata ibu tidak anemis.
c.  Pembahasan
Tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena pada pemeriksaan kepala yaitu pada bagian mata ibu tidak anemis dan tidak ada kelainan yang menunjukan tanda bahaya pada masa nifas.
2)   Payudara
a.       Tinjauan teori
Menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil setelah menopouse. pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dan plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.(Ambarwati, 2009;h.7)
b.    Tinjauan kasus
Pada Ny.A hasil pemeriksaan payudara simetris kanan dan kiri, tidak ada pembengkakan, putting bersih dan menonjol, pada hari ke empat pengeluaran terdapat ASI.
c.    Pembahasan
Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus karena payudara ibu dalam keadaan normal.
3)   Abdomen
a.    Tinjauan teori
Uterus normal :
a)   Keras, berkontraksi baik
b)   Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera
Abnormal :
a)   Lembek
b)   Di atas ketinggian fundal saat masa postpartum segera
c)   Kandung kemih : biasa buang air/tak bisa buang air

Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus
Involusi uterus      
Bayi lahir                : setinggi pusat
Uri lahir                   : 2 jari dibawah pusat
Satu Minggu           : pertengahan pusat-simfisis
Dua minggu            : tak teraba diatas simfisi
Enam minggu          : bertambah kecil
Delapan minggu      : sebesar normal
(Nanny dan Sunarsih, 2011;h.55-57)
b.    Tinjauan kasus
Ada pembesaran, konsistensikeras, kandung kemihKosong, TFU4 jari dibawah pusat, dan kontraksinya Baik
c.    Pembahasan
Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan antara teori dan kasus yaitu dihari ke 4 TFU ibu teraba 4 jari di bawah pusat.
4)   Anogenital
a.    Tinjauan teori
a)   Lokia :
Lokia adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea rubra muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa postpartum. (Ambarwati, 2009; h. 78)
Normal :
1)   Merah hitam (lochia rubra)
2)   Bau biasa
3)   Tidak ada bekuan darah atau butir-butir  darah beku (ukuran jeruk kecil)
4)   Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal :
1)   Merah terang
2)   Bau busuk
3)   Mengeluarkan darah beku
4)   Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam)
b)   Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomy/robekan, hecting
c)   Keadaan anus : hemorroid
b.    Tinjauan kasus
Vulva berwarna merah muda, pengeluaran pervaginam lochea sanguenolenta, perineum terdapat luka jahitan, dan anus tidak ada hemoroid
c.    Pembahasan
Dalam hal ini tidak di temukan kesenjangan antara teori dan kasus karena ibu dalam postpartum 4 hari dan lokhea ibu lokhea sanguenolenta berwarna merahkekuningan yang berisi leukosit. Lokhea sanguenolenta pada hari ke4 sampai hari ke 5.

  II.     Interpretasi Data Dasar
1.    Tinjauan teori
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterprestasikan menjadi diagnose kebidanan dan masalah.
2.    Tinjauan kasus
Diagnosa         : Ny. Aumur 35 tahun P1A0 postpartum 4 Hari Postpartum

Masalah :
Ibu belum dapat BAB selama 4 hari post partum

Kebutuhan:
a.    Informasi tentang keadaan ibu saat ini
b.    Beritahu ibu tentang keluhan/masalah yang ibu alami dan ajrkan ibu cara mengatasinya.

3.    Pembahasan
Berdasarkan data tersebut maka penulis menyimpulkan diagnosa tersebut secara prinsip memerlukan antisipasi masalah


III.     Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
1.    Tinjauan teori
Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah di identifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.(Ambarwati dan Diah,2009;h.141-142)
2.    Tinjauan kasus
Berdasarkan masalah atau diagnosis, tidakada data yang menunjang perlunya antisipasi masalah potensial.
3.    Pembahasan
Dalam kasus ini tidak ada data yang menunjang perlunya antisipasi  potensialsehingga tidak ada kesenjangan.

IV.            Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan konsultasi kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan klien
1.      Tinjauan Teori
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
(Ambarwati dan Diah, 2009:143)
2.      Tinjauan Kasus
Dalam kasus ini tidak ada data yang menunjang perlunya tindakan segera dan kolaborasi.
3.      Pembahasan
Dari pembahasan tersebut tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena tidak memerlukan tindakan segera.

  V.     Menyusun rencana yang menyeluruh
1.    Tinjauan teori
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. (Ambarwati dan Diah, 2009:143)
Asuhan kebidanan yang diberikan ibu pada 2-6 hari postpartum adalah:
1)      Bagaimana perasaan ibu, termasuk mood (suasana hati) dan perasaan menjadi orang tua
2)      Keluhan atau masalah yang dirasakan saat ini
3)      Apakah ada kesulitan dalam buang air kecil atau buang air besar
4)      Perasaan ibu tentang persalinan dan kelahiran bayinya
5)      Memberi penjelasan tentang kelahiran: komplikasi, laserasi, episiotomy.
6)      Suplemen zat besi: adakah ibu memakan tablet
7)      Pemberian ASI: apakah berhasil, atau ada kesulitan
(Maryunanik,2009:h.126)
2.    Tinjauan kasus
1)   beritahu tentang keadaan ibu saat ini
2)   beritahu ibu tentang ketidak nyamanan yang ibu rasakan serta penyebab terjadinya konstipasi
3)   beritahu ibu cara menangani konstipasi
4)   berikan penjelasan  mengenai kebutuhan  nutrisi
5)    lakukan tindakan perawatan luka perineum dan ajarkan ibu untuk merawat luka perineum
6)   Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
7)   beritahu ibu tanda bahaya masa  nifas
8)   ajarkan ibu tentang teknik menyusui yang benar serta pastikan tidak ada keluhan saat memberikan ASI
3.    Pembahasan
Dalam hal initerdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena asuhan yang telah di berikan tidaksesuai dengan tinjauan teori pada perencanaan asuhan masa nifas dalam 2-6 hari.

VI.     Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
1.    Tinjauan Teori
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efesien dan aman.
(Ambarwati dan Diah,2009;h.145) 
2.    Tinjauan Kasus
1)   Memberitahu tentang keadaan ibu saat ini
2)   Memberitahu ibu tentang ketidak nyamanan yang ibu rasakan serta penyebab terjadinya konstipasi
3)   Memberitahu ibu cara menangani konstipasi
4)   Memberikan penjelasan  mengenai kebutuhan  nutrisi
5)   Melakukan tindakan perawatan luka perineum dan ajarkan ibu untuk merawat luka perineum
6)   Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
7)   Memberitahu ibu tanda bahaya masa  nifas
8)   Mengajarkan ibu tentang teknik menyusui yang benar serta pastikan tidak ada keluhan saat memberikan ASI
3.    Pembahasan
Dari pembahasan tersebut tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus, karena asuhan yang diberikan secara efisien dan aman

     VII.   Mengevaluasi
1.      Tinjauan Teori
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana.
(Ambarwati, 2009;h.145-146)
2.      Tinjauan Kasus
Setelah dilakukanya asuhan pada Ny.A dapat di evaluasi dengan hasil sebagai berikut:
1)   ibu mengerti tentang kondisinya saat ini
2)   Ibu mengerti tentang ketidak nyamanan yang ibu rasakan
3)   ibu mengerti cara penanganan konstipasi
4)   ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi seperti yang telah dijelaskan dan bersedia mengkomsumsi makan makanan yang sudah dijelaskan
5)   perawatan luka perineum telah dilakukan dan ibu mengatakan bersedia melakukan perawatan luka perineum yang telah diajarkan
6)   ibu mengerti dan ibu mengatakan bahwa ibu sudah ckup istirahat
7)   ibu mengerti tentang tanda bahaya masa nifas dan jika salah satu ada tanda bahaya ibu segera ke tenaga kesehatan
8)   ibu mengerti tentang teknik menyusui yang benar dan tidak ada keluhan saat menyusui
3.      Pembahasan
Dalam pembahasan ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus karena hasil evaluasi berjalan dengan baik sesuai dari pencapaian maksimal dari penatalaksanaan.


BAB V
PENUTUP

Dari hasil study kasus yang penulis uraikan dalam laporan study kasus kebidanan dengan judul asuhan kebidanan terhadap Ny. Aumur 35 tahunP1A0 denganKonstipasidi BPS UsmaliaSadamBandar Lampung. Maka dari itu penulis menentukan kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi peneliti.
A.    KESIMPULAN
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan konstipasiyang benar terhadap Ny. Aumur 35 tahun P1A0 dengan menggunakan metode langkah varney diantaranya:
1.PenulistelahmampumemberikanasuhankebinanpadaibunifaskhususnyapadaNy.Aumur 35 tahun P1A0,asuhan yang telahdiberikanadalahasuhannifasdengankonstipasi.
2.    Penulis telah mampu melakukan pengkajian terhadap Ny.A denganasuhannifas normal 2-6 hari.Pengkajian data yang telah dilakukan terhadap Ny.Aumur 35 tahun P1A0dengankonstipasi menggunakan teknik asuhan kebidanan menejemen langkah varney berdasarkan format asuhan kebidanan secara teori pengkajian data.
3.    Mahasiswa telah mampu melakukan interpretasi data dasar berdasarkan hasil pengumpulan data Ny.A. Diagnosa yang ditegakan terhadap Ny.Aumur 35 tahun P1A0dengankonstipasi berdasarkan dari keluhan dan masalah yang timbul dari hasil pengkajian data. Dari hasil pemeriksaan ibu nifas yang telah dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan ibu nifas  tersebut.
4.    Mahasiswa telah mampu mengantisipasi masalah potensial  yang mungkin akan terjadi padaNy. Atidakadamasalahpotensialyang terjadipadaNy.Aumur 35 tahun P1A0 dengankonstipasi.
5.    Mahasiswa mampu melakukantindakansegeraterhadap Ny. A
Tidakdilakukantindakansegera pada Ny. Aumur 35 tahun P1A0dengankonstipasi.
6.      Mahasiswa telah mampu merencanakan sesuai dengan asuhan terhadap Ny.ARencana diberikan harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan Ny. Aumur 35 tahun P1A0dengankonstipasiberdasarkan diagnosa.
7.    Mahasiswa telah mampu melaksanakan perencanaan secara menyeluruh terhadap Ny. Aumur 35 tahun P1A0dengankonstipasiPelaksanaan dilakukan berdasarkan hasil perencanaan yang telah ditulis sebelumnya.
8.    Mahasiswa mampu melakukan evaluasi berdasarkan hasil asuhan yang telah dilakukan terhadap Ny. A. Evaluasi dari hasil asuhan yang dilakukan padaNy. Aumur 35 tahun P1A0dengankonstipasiadalahibusudahdapat BAB dengan lancer.



B.       SARAN
Saran yang penulis berikan ditujukan langsung untuk tenaga kesehatan seperti bidan serta utuk ibu yang baru  melahirkan khususnya ibu yang baru melahirkan anak pertamanya, dimana ibu belum mengetahui cara menyusui yang benar.
1.    Institusipendidikan
PenulismengharapkaninstitusidapatmenjadikanhasilpenelitianinisebagaireferensidanmenjadisumberbacaanbagimahasisiwiAkademikKebidananAdila Bandar Lampung dalammenerapkanilmudansebagaiacuanpenelitianberikutnyakhususnyapadaibunifas.

2.    Tenaga kesehatan
Penulis mengharapkan agar tenaga kesehatan mau dan mampu untuk memberikan asuhan kebidanan yang baik  terhadap klien dengan penatalaksanaan teknik menyusui yang benar, dari mulai melakukan pengkajian, mengidentifikasi masalah potensial, memberikan tindakan segera bila dibutuhkan, menyusun rencana sesuai kebutuhan, melakukan perencanaan yang telah ditetapkan serta mengevaluasi hasil tindakan sehingga masalah teknik menyusui pada ibu primipara dapat segera ditangani.




3.    Masyarakat/Pasien
Pasien hendaknya lebih terbuka terhadap tenaga kesehatan tentang masalah yang dialami oleh pasien dan pasien mempunyai kemauan untuk menanganikonstipasi, danmelakukanasuhan yang telahdiberikan.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R. E., & Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Mitra Cendikia Offset
Bahiyatun. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Dewi, N. V., & Sunarsih, T.  2011.  Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.  Jakarta Selatan:  Salemba Medika.
Maryunani, A.2009.Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum).  Jakarta: CV. Trans Info Media.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. Et all.  2010.  Ilmu Kebidanan.  Jakarta:  KDT (Katalog Dalam Terbitan).
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Soepardan, Suryani. 2007. Konsep Kebidanan . Jakarta: EGC.
Sulistiawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas. Jogyakarta: CV Andi Offset
Suherni, S.Pd, APP, M.Kes. et all. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya
Yanti, D., & Sundawati, D. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Belajar Jadi Bidan Profesional). Bandung: Refika Aditama.
http://midwifecafe.blogspot.com/2012/11
http://ratnayusfhii.blogspot.com/2012/12
http://ratnayusfhii.blogspot.com/2012/12



1 komentar: